Audio

2. Berikut adalah audio stream salah satu nyanyian dalam CD Bali 1928, vol. II Tembang Kuna: Nyanyian dari Masa Lampau yang berjudul Pangkur (Tejaning Smara) yang dilantunkan oleh Ida Bagus Oka Kerebuak. Dr. Edward Herbst menulis:

“Ida Bagus Oka Kerebuak dilahirkan di antara tahun 1873-1878 dan menjalani hidupnya di Geria Pidada (kediaman Brahmana) Klungkung. Menurut putranya, Ida Bagus Pidada Kaut, nama Kerebuak (kerap digunakan dalam lingkup geria) diberikan kepadanya karena saat mengandung dirinya, ibunya jatuh, dan bunyi onomatopoetis yang dihasilkan saat menimpa lantai bambu adalah kerebuak.

Walau masih berusia muda, kemahirannya dalam seni suara sudah tinggi, sampai-sampai ia diminta untuk datang ke istana Puri Klungkung oleh pujangga hebat Anak Agung Gdé Pameragan hanya untuk menyanyikan geguritan seselesainya digubah, agar sang pujangga bisa mendengarkannya sebagai tembang…Menurut Ida Bagus Pidada Kaut, ayahnya (Ida Bagus Oka Kerebuak) menyanyi sebagai juru tandak ‘penyanyi tunggal’ dalam dramatari gambuh milik puri (juga disebut sebagai tetantrian ‘mementaskan cerita-cerita Tantri’), sebuah jenis lain yang juga menggunakan iringan ansambel tujuh nada.

Beliau juga memerankan tokoh Raja Lasem dalam gambuh dan tokoh mantri ‘pangeran halus’ (termasuk juga tokoh Sampik) dalam dramatari arja. Beliau juga sering menjadi juru tandak untuk légong yang diiringi oleh gamelan gong kebyar…Ida I Déwa Gdé Catra mengingat kesaktian dari Ida Bagus Oka Kerebuak ketika mementaskan peran Dalem dalam dramatari topéng, di mana beliau mempunyai kebiasaan yang unik yaitu menyanyikan sendiri lagu pengantar tandak Dalem (nyanyian dan lagu pujian bagi tokoh raja saat akan tampil) dari balik langsé ‘tirai panggung’…Ida Bagus Oka Kerebuak juga menarikan tokoh-tokoh topéng lainnya semacam tokoh keras seperti perdana menteri.

Dan beliau juga memainkan peran Grantang mendampingi Ida Boda yang memerankan tokoh rakus Cupak dalam cerita yang sering disebut tenget ‘angker, keramat’…Pada saat rekaman-rekaman ini, usia Ida Bagus Oka ditaksir baru pertengahan lima-puluhan tahun dan belum dikaruniai keturunan.” (Dikutip dari naskah karya Dr. Edward Herbst (2014: 31-32) bertajuk Tembang Kuna: Nyanyian dari Masa Lampau: Tembang, Kidung dan Kakawin dari Geria Pidada Klungkung, Geria Budha Kaliungu, Banjar Abian Timbul, Geria Tampakgangsul dan Penarukan Singaraja).

Ida-Bagus-Oka-Kerebuak

Pangkur (Tejaning Smara)
Dinyanyikan oleh Ida Bagus Oka Kerebuak 
Tembang
dari geguritan Tejaning Semara (Kidung Ngiket Ipian) yang diciptakan oleh Anak Agung Gdé Pameregan (1810-1892)
Bahasa: Bali Kapara (lumrah) 
Terjemahan Indonesia dilakukan oleh Dr. Edward Herbst dan Tim Peneliti Bali 1928

Iseng mangiket ipian,
Iseng menggubah impian,

ditu mapinda nepukin dedari,
di sana dilihat bayangan bidadari,

miik maciri miik malepug,
wangi semerbak sebagai pertanda,

magulem sarin pudak,
bermega bunga pudak,

ujan bunga, tambulilingan ngariyung,
hujan bunga, kumbang berdengung,

mirib guruh sasih kapat,
bak guruh bulan keempat (Oktober),

anginé aris sumilir.
angin berhembus sepoi-sepoi.

Makelapan ngalap bunga,
Sepintas (bidadari) terlihat memetik bunga,

langsing lanjar pamulu putih gading,
tubuhnya semampai, kulitnya putih mulus,

tayungan lemet malengkung,
ayunan tangannya lemah gemulai,

ngenah kukuné lantang,
lentik kukunya terlihat panjang,

manguranang nyalang kadi manik banyu,
bersinar mengkilat bagaikan permata kristal,

(rekaman memotong dua baris terakhir dari bait):

yaning nyaréré malihat,
saat melirik,

masledét kadi tatit.
kedip matanya bagai kilat.

Copyright © 2013-24 Arsip Bali 1928 | Proudly powered by WordPress