Beranda

“Restoration, Dissemination, and Repatriation of the Earliest Music Recordings and Films in Bali” is the best-conceived project for making audio and visual recordings available in the country of their origin that I know about. It is an elaborate and extremely stimulating example of what scholars call “repatriation”, the return of materials held in archives and museums to their home communities.” 

Anthony Seeger

“Pemugaran, Penyebaran, dan Pemulangan Kembali Rekaman Musik dan Film Terawal di Bali” (Restoration, Dissemination, and Repatriation of the Earliest Music Recordings and Films in Bali) adalah proyek terbaik sepanjang pengetahuan saya dalam upaya menyediakan kembali rekaman-rekaman musik tradisional dan film ke negara asalnya. Proyek ini merupakan contoh yang lengkap dan sangat menggairahkan akan usaha yang sering disebut-sebut oleh kelompok terpelajar sebagai “repatriasi” atau pemulangan kembali materi-materi yang tersimpan di pusat-pusat arsip dan museum-museum ke komunitas-komunitas aslinya.” – Anthony Seeger

Anthony Seeger adalah penulis dari Why Suyá Sing: A Musical Anthropology of an Amazonian People, Cambridge University Press, 1987 dan co-editor dari Early Field Recordings: A Catalogue of the Cylinder Collections at the Indiana University Archives of Traditional Music. Banyak karya tulisnya berfokuskan pada keterhubungan isu-isu kebangsaan, kebudayaan, hak asasi manusia, serta kenyataan dan tantangan dalam pengarsipan dan kekayaan intelektual. Seeger adalah Produser Eksekutif semua rekaman yang dikeluarkan pada label Smithsonian Folkways antara 1988 dan 2000, total sekitar 250 rekaman.

Tentang Kami

Pemajuan Kebudayaan Bali Melalui Repatriasi Dokumen Bersejarah

Di abad ke-21 ini, kami menemukan rasa ingin tahu yang tinggi di Bali terhadap masa lalunya, ketika masyarakat awam berusaha memahami hal-hal yang sesungguhnya penting bagi pemajuan kebudayaannya. Minat yang begitu tinggi terhadap masa lalu di antara para pelaku kreatif, peneliti, seniman, dan masyarakat umum membesarkan niat kami dalam mengerjakan sebuah proyek repatriasi ‘pemulangan kembali’ selama bertahun-tahun dan lintas benua, mencari objek-objek pemajuan kebudayaan yang tersebar di mana-mana untuk membantu masyarakat Bali dalam memperoleh dan menikmati kembali dokumen-dokumen bersejarah dari masa lampau mereka.

Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Bali sesungguhnya telah terlibat dan mempunyai pengalamanan dalam salah satu aspek penting pemajuan kebudayaan, khususnya yang berkaitan dengan Penyelamatan Objek Pemajuan Kebudayaan.

Objek Pemajuan Kebudayaan adalah unsur-unsur kebudayaan bangsa Indonesia seperti tradisi lisan, manuskrip, adat-istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat dan olahraga tradisional.

Sejak tahun 2013, Bali melalui kerjasama apik antara Dr. Edward Herbst, Arbiter of Cultural Traditions New York dan STMIK STIKOM Bali telah berhasil menjalankan dan merampungkan sebuah kolaborasi internasional dalam hal repatriasi, pemugaran dan penyebarluasan objek pemajuan kebudayaan Bali di masa tahun 1930-an yang dikumpulkan dari pelbagai pusat arsip dunia.

Continue reading “Tentang Kami”

Audio

Kumandang Gamelan Menduniakan Bali

Koleksi aural dari rekaman bersejarah Odeon dan Beka 1928-29 mengungkap karya tabuh dan tembang Bali dari berbagai sekaa dan maestro seperti Gong Belaluan Sadmerta, Gong Pangkung, Gong Busungbiu, Ni Dayu Madé Rai, Ida Bagus Oka Kerebuak, Ida Boda, I Wayan Lotring, I Nyoman Kalér, Jangér Kedaton, Jangér Abian Timbul dan lain-lain.

Dr. Edward Herbst menulis bahwa rekaman-rekaman bersejarah ini dibuat pada tahun 1928 (dan kemungkinan juga pada tahun 1929) sebagai bagian dari sebuah koleksi yang pertama kali dan satu-satunya diluncurkan ­secara komersial di Bali pada masa sebelum Perang Dunia II.

Diluncurkan pada tahun 1929 dalam format piringan hitam 78 rpm, cakram-cakram yang diedarkan secara internasional tersebut bermaterikan beragam pilihan gamelan dan tembang Bali baik bergaya lama maupun baru. Dijual ke seluruh penjuru dunia (atau seperti yang terjadi kemudian ternyata tidak laku untuk dijual), piringan-piringan hitam tersebut secara cepat habis dan hilang dari peredaran.

Continue reading “Audio”

Film

Imaji Bali 1930-an oleh McPhee, Covarrubias dan de Maré

Koleksi film yang berhasil direpatriasi Arsip Bali 1928 tak hanya berkisah tentang panorama alam Bali di masa tahun 1930-an, namun mengungkap juga berbagai tokoh dan sekaa legendaris Bali termasuk Ida Boda, I Marya, I Sampih, I Gedé Manik, Gong Jineng Dalem, Ida Pedanda Madé Sidemen, I Gusti Ketut Kandel, I Made Sarin, Ni Nyoman Polok dan Ni Luh Ciblun (Légong Kelandis), Gamelan Palégongan Kapal, Ni Gusti Madé Rai dan Ni Gusti Putu Adi (Légong Belaluan), I Wayan Lotring (Gamelan Gendér Wayang Kuta), dan lain-lain.

Cuplikan-cuplikan lain termasuk pementasan Barong Kebon Kuri, Gambang di Pura Kawaitan Kelaci, Légong Saba, Gamelan Gong Luang Singapadu, Baris Goak Jangkang, Nusa Penida, Jangér Kedaton, Gamelan Geguntangan Batuan, Barong Landung, Jangér dan lain lain.

Beberapa ritual penting seperti upacara Nangkluk Mrana dan Jogéd Bungbung Déwadi Pura Beda Tabanan, Méndet di Pura Dalem Sayan, Ubud, dan berbagai upacara piodalan dan ngabén pun melengkapi koleksi ini.

Cuplikan film-film yang berhasil direpatriasi oleh Arsip Bali 1928 adalah karya-karya dari peneliti berpengaruh Colin McPhee, Miguel Covarrubias dan Rolf de Maré yang masing-masing berkesempatan menetap di Bali pada masa tahun 1931-38.

Continue reading “Film”

Foto

Bali 1930-an: Sekelumit Kisah Tak Lekang Dimakan Waktu

Pemugaran dan pameran kekayaan visual Bali 1930-an dalam format foto pun amat penting mengingat imaji-imaji masa lalu tersebut merupakan lorong waktu akan generasi tetua Bali yang penuh pemberontakan kreatif, berani, penuh pengabdian dan yang terpenting, terbuka dengan perubahan masa.

Keberhasilan mitra kami, Rio Helmi, seorang visual bard ‘fotografer kawakan’ dari Bali dalam mereproduksi foto-foto hasil repatriasi – dalam kualitas standar pengarsipan dunia – semisal imaji masa muda Ida Bagus Oka Kerebuak, Marya, Kalér, Lotring, Ni Gusti Putu Rengkeg, Ni Pempen dan lain-lain sungguh-sungguh mengharukan dan membangkitkan memori kolektif akan sebuah masa renaissance kebudayaan Bali yang teguh sepanjang jaman.

Continue reading “Foto”

Naskah Penelitian

Mozaik Penelitian Seni Budaya Bali 1930-an oleh Dr. Edward Herbst 

Salah satu aspek penting dari Arsip Bali 1928 berkaitan dengan identifikasi, pembacaan baru dan penelitian mendalam terhadap koleksi audio, film dan foto yang berhasil direpatriasi dan dipugar oleh tim. Sepanjang tahun 2013-2015, Dr. Edward Herbst melakukan penelitian lapangan di Bali yang melibatkan ratusan narasumber dari berbagai disiplin ilmu seni dan budaya untuk mengungkap rekam jejak kesejarahan Bali, khususnya yang terkait rekaman bersejarah Odeon dan Beka pada tahun 1928-29 tersebut.

Continue reading “Naskah Penelitian”

Liputan Media

Goresan Pena Tentang Bali 1928

Sejak diluncurkan pada 12 Juli 2015 di Bentara Budaya Bali, keberadaan Arsip Bali 1928 mendapat dukungan dan perhatian serius dari pelbagai media cetak dan elektronik, baik internasional maupun domestik.

Perhatian yang lekat ini menjadi landasan bagi Arsip Bali 1928 untuk terus meningkatkan kapasitas diri dan lembaga, serta meluaskan peran dalam repatriasi, restorasi dan revitalisasi artefak dan dokumen bersejarah yang berkenaan dengan seni budaya Bali dan Indonesia.

Continue reading “Liputan Media”

Program

Diseminasi demi Inspirasi dan Inovasi

Salah satu aspek penting dan menyenangkan dari perjalanan Arsip Bali 1928 adalah program diseminasi informasi dan penelitian lapangan, saat tim Arsip Bali 1928 khususnya Dr. Edward Herbst, Marlowe Bandem dan narasumber lainnya (bersama maupun secara terpisah) melaksanakan program outreach ‘kunjungan dan penggapaian’ di berbagai kesempatan dan tempat.

Beberapa agenda yang selama ini telah dilakukan secara berkelanjutan adalah diskusi, seminar, presentasi, wawancara, pameran foto, talkshow maupun pemutaran film (terkenal dengan sebutan Sinema Bali 1928) dengan tujuan meluaskan upaya-upaya pemajuan kebudayaan (repatriasi, restorasi dan revitalisasi) sekaligus mempromosikan pemanfaatan koleksi Arsip Bali 1928 bagi kepentingan arsip dan dokumentasi, penelitian dan tentunya penciptaan karya-karya baru di masa kini dan mendatang.

Continue reading “Program”

HAKI

Kebijakan Hak Cipta Arsip Bali 1928

Pendahuluan

Arsip Bali 1928 sangat menghargai kekayaan intelektual. Kami mengharapkan pengguna website Arsip Bali 1928, baik versi bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, untuk menghormati dan mematuhi kebijakan hak cipta ini.

Cakupan Hak Cipta

Seluruh materi dalam website Arsip Bali 1928 dilindungi oleh Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan Lisensi yang diberikan oleh:

  1. RF-CUNY (Research Foundation of the City University of New York)
  2. Ethnomusicology Archive University of California Los Angeles dan Colin McPhee Estate
  3. Rocio Sagaon Vinaver dan Djahel Vinaver (Miguel Covarrubias dan Rosa Covarrubias Estate)
  4. Dansmuseet: Museum Rolf de Maré Stockholm, Swedia
Continue reading “HAKI”
Copyright © 2013-24 Arsip Bali 1928 | Proudly powered by WordPress